Jumat, 09 September 2011

EcoTECH



EcoTECH: Tehnik pengolahan kayu yang ramah lingkungan, kuat dan stabil terhadap perubahan cuaca, cocok untuk aplikasi pintu, jendela dan kusen. Telah mendapatkan sertifikasi:

1. ISO 14001
2. Qualifor
3. FSC

Selasa, 22 Februari 2011

sebatang Pensil

BELAJAR HIKMAH DARI SEBATANG PENSIL

“Setiap orang membuat kesalahan. Itulah sebabnya, pada setiap pensil ada penghapusnya” (Pepatah Jepang)

Kali ini saya ingin menceritakan kepada Anda sebuah kisah penuh hikmah dari sebatang pensil.

Dikisahkan, sebuah pensil akan segera dibungkus dan dijual ke pasar. Oleh pembuatnya, pensil itu dinasihati mengenai tugas yang akan diembannya. Maka, beberapa wejangan pun diberikan kepada si pensil. Inilah yang dikatakan oleh si pembuat pensil tersebut kepada pensilnya.

“Wahai pensil, tugasmu yang pertama dan utama adalah membantu orang sehingga memudahkan mereka menulis. Kamu boleh melakukan fungsi apa pun, tapi tugas utamamu adalah sebagai alat penulis. Kalau kamu gagal berfungsi sebagai alat tulis. Macet, rusak, maka tugas utamamu gagal.”

“Kedua, agar dirimu bisa berfungsi dengan sempurna, kamu akan mengalami proses penajaman. Memang meyakitkan, tapi itulah yang akan membuat dirimu menjadi berguna dan berfungsi optimal”.

“Ketiga, yang penting bukanlah yang ada di luar dirimu. Yang penting, yang utama dan yang paling berguna adalah yang ada di dalam dirimu. Itulah yang membuat dirimu berharga dan berguna bagi manusia”.

“Keempat, kamu tidak bisa berfungsi sendirian. Agar bisa berguna dan bermanfaat, maka kamu harus membiarkan dirimu bekerja sama dengan manusia yang menggunakanmu”.

“Kelima. Di saat-saat terakhir, apa yang telah engkau hasilkan itulah yang menunjukkan seberapa hebatnya dirimu yang sesungguhnya. Bukanlah pensil utuh yang dianggap berhasil, melainkan pensil-pensil yang telah membantu menghasilkan karya terbaik, yang berfungsi hingga potongan terpendek. Itulah yang sebenarnya paling mencapai tujuanmu dibuat”.

Sejak itulah, pensil-pensil itu pun masuk ke dalam kotaknya, dibungkus, dikemas, dan dijual ke pasar bagi para manusia yang membutuhkannya.

Pembaca, pensil-pensil ini pun mengingatkan kita mengenai tujuan dan misi kita berada di dunia ini. Saya pun percaya bahwa bukanlah tanpa sebab kita berada dan diciptakan ataupun dilahirkan di dunia ini. Yang jelas, ada sebuah purpose dalam diri kita yang perlu untuk digenapi dan diselesaikan.

Sama seperti pensil itu, begitu pulalah diri kita yang berada di dunia ini. Apa pun profesinya, saya yakin kesadaran kita mengenai tujuan dan panggilan hidup kita, akan membuat hidup kita menjadi semakin bermakna.

Hilang arah

Tidak mengherankan jika Victor Frankl yang memopulerkan Logoterapi, yang dia sendiri pernah disiksa oleh Nazi, mengemukakan “tujuan hidup yang jelas, membuat orang punya harapan serta tidak mengakhiri hidupnya”. Itulah sebabnya, tak mengherankan jika dikatakan bahwa salah satu penyebab terbesar dari angka bunuh diri adalah kehilangan arah ataupun tujuan hidup. Maka, dari filosofi pensil di atas kita belajar mengenai lima hal penting dalam kehidupan.

Pertama, hidup harus punya tujuan yang pasti. Apapun kerja, profesi atau pun peran yang kita mainkan di dunia ini, kita harus berdaya guna. Jika tidak, maka sia-sialah tujuan diri kita diciptakan. Celakanya, kita lahir tanpa sebuah instruksi ataupun buku manual yang menjelaskan untuk apakah kita hadir di dunia ini. Pencarian akan tujuan dan panggilan kita, menjadi tema penting selama kita hidup di dunia.

Yang jelas, kehidupan kita dimaknakan untuk menjadi berguna dan bermanfaat serta positif bagi orang-orang di sekitar kita, minimal untuk orang-orang terdekat. Jika tidak demikian, maka kita useless. Tidak ada gunanya. Sama seperti sebatang pensil yang tidak bisa dipakai menulis, maka ia tidaklah berguna sama sekali.

Kedua, akan terjadi proses penajaman sehingga kita bisa berguna optimal, oleh karena itulah, sering terjadi kesulitan, hambatan ataupun tantangan. Semuanya berguna dan bermanfaat sehingga kita selalu belajar darinya untuk
menjadi lebih baik. Ingat kembali soal Lee Iacocca, salah satu eksekutif yang justru menjadi besar dan terkenal, setelah dia didepak keluar dari mobil Ford. Pengalaman itu justru menjadi pemacu semangat baginya untuk berhasil di Chrysler.

Ingat pula, Donald Trump yang sempat diguncang masalah finansial dan nyaris bangkrut. Namun, kebangkrutannya itulah yang justru menjadi pelajaran dan motivasi baginya untuk sukses lebih langgeng. Kadang penajaman itu ‘sakit’. Namun, itulah yang justru akan memberikan kesempatan kita mengeluarkan yang terbaik.

Ketiga, bagian internal diri kitalah yang akan berperan. Saya sering menyaksikan banyak artis, ataupun bintang film yang terkenal, justru yang hebat bukanlah karena mereka paling cantik ataupun paling tampan. Tetapi, kemampuan dalam diri mereka, filosofi serta semangat merekalah yang membuat mereka menjadi luar biasa. Demikian pula pada diri kita. Pada akhirnya, apa yang ada di dalam diri kita seperti karakter, kemampuan, bakat, motivasi, semangat, pola pikir itulah yang akan lebih berdampak daripada tampilan luar diri kita.

Keempat, pensil pun mengajarkan agar bisa berfungsi sempurna kita harus belajar bekerja sama dengan orang lain. Bayangkanlah seorang aktor atau aktris yang tidak mau diatur sutradaranya. Bayangkan seorang anak buah yang tidak mau diatur atasannya. Ataupun seorang service provider yang tidak mau diatur oleh pelanggannya. Mereka semua tidak akan berfungsi sempurna. Agar berhasil, kadang kita harus belajar dari pensil untuk ‘tunduk’ dan membiarkan diri kita berubah menjadi alat yang sempurna dengan belajar dan mendengar dari ahlinya. Itulah sebabnya, kemampuan untuk belajar bekerja sama dengan orang lain, mendengarkan orang lain, belajar dari ‘guru’ yang lebih tahu adalah sesuatu yang membuat kita menjadi lebih baik.

Terakhir, pensil pun mengajarkan kita meninggalkan warisan yang berharga melalui karya-karya yang kita tinggalkan. Tugas kita bukan kembali dalam kondisi utuh dan sempurna, melainkan menjadikan diri kita berarti dan berharga. Itulah filosofi ‘memberi dan melayani’ yang diajarkan oleh Tuhan, Allah kita. Itulah sebabnya Ibu Teresa dari Calcutta ataupun Albert
Schweitzer yang melayani di Afrika lebih mengumpamakan diri mereka seperti sebatang pensil yang dipakai oleh Tuhan.

Yang penting, hingga pada akhir kehidupan kita ada karya ataupun hasil berharga yang mampu kita tinggalkan. Tentu saja tidak perlu yang heboh dan spektakuler.

oleh : Anthony Dio Martin

Jumat, 26 November 2010

Jiwa anak tercermin dari lukisan

Sebelum bubar sekolah, saya memesan kepada murid-murid saya membersihkan meja dan memungut sampah yang ada didalam ruangan kelas. Ketika anak-anak sibuk mengumpulkan buku-buku, pensil dan peralatan sekolahnya dimasukkan kedalam tas, menunggu lonceng pulang berbunyi.

Saya melihat didekat tempat duduk Nana ada selembar tissue, saya lalu memperingati dia, “Nana , tolong buang tissue yang ada didekat kakimu.”

“Bukan saya yang membuang tissue itu!” Nana menjawab dengan ketus.

Saya memandang kepadanya dan berkata “Ehm, walaupun bukan engkau yang membuang, engkau dapat berbuat amal membuangnya!”

Mendengar kata “amal” setiap anak kecuali Nana berebutan membuang tissue itu.

Setelah lonceng berbunyi semua anak-anak meninggalkan ruang kelas, hanya Nana yang duduk di ruang kelas menunggu ibunya, “Kenapa tadi ibu guru menyuruh kamu memungut tissue yang ada dilantai engkau tidak mau melakukannya?” Saya sekali lagi dengan penasaran bertanya kepadanya.

“Saya tidak ingin memungut!” dengan ketus dia menjawab, mendengar kata-katanya yang ketus saya merasa tidak enak.

Nana adalah seorang murid yang tahun lalu tidak naik kelas, ibunya sangat heran kenapa anak yang begitu pintar setiap hari menangis tidak mau pergi ke sekolah, sifatnya membuat guru-guru juga tidak menaruh simpati kepadanya, sehingga sangat memusingkan ibunya.

Pertama kali dia masuk kedalam kelas saya, melihat sifat yang ketus itu saya selalu berkata kepada diri sendiri, “Tidak apa-apa, pada suatu hari saya pasti bisa merubahnya.”

Setelah dua semester berlalu, dengan sekuat tenaga dan kesabaran saya membantunya, tetapi Nana masih tidak berubah, dia tidak serius belajar, hubungan dengan teman-teman sekelasnya juga sangat jelek, ibunya mengeluh dia selalu ribut dengan adiknya dan selalu melawan bapaknya.

Teman-teman kelasnya juga sangat tidak puas dengan perbuatannya, pada suatu hari beberapa teman kelas mengeroyoknya.

Nana sambil menangis berkata, “Semua orang tidak suka kepada saya, tidak mau bermain dengan saya, saya tidak mau sekolah lagi, sekolah adalah neraka, setiap muridnya adalah hantu….”

Saya dengan heran bertanya, “Ibu guru? Apakah ibu guru juga hantu?”

Tanpa berpura-pura dia mengganguk kepala mengiyakan.

Jawaban dari Nana membuat saya menghela nafas,”Anak malang sungguh kasihan! Yang dia lihat hanya kesalahan orang lain, hanya kejelekkan dari orang lain, dia tidak tahu kesalahan yang paling besar adalah dirinya sendiri”

Medengar perkataannya membuat saya sangat kecewa, saya merasa metode pengajaran saya yang selalu menerapkan kebaikan tidak selamanya bisa diterima oleh setiap murid.

“Jika ingin melihat dunia yang berada di mata anak, terlebih dahulu kita harus berlutut, posisi kita harus sama tinggi dengan anak ini memandang dunia ini.”

Perkataan ini menyadarkan saya, apakah selama ini saya sudah benar-benar sabar, benar-benar memperhatikannya, benar-benar sudah berusaha, benar-benar dengan cinta kasih membimbingnya?.

Mulai sekarang saya akan berusaha dengan keras memberi lebih banyak perhatian dan kasih sayang dan berusaha memahami jiwanya, setiap anak mempunyai kelebihan dan kekurangan, hanya dengan kesabaran, toleran, selalu memperhatikannya, mengajarkan kepadanya kekurangannya dan memperbaiki kesalahannya, jangan pelit memberi kata pujian jika ia berbuat dengan baik, membimbing bakat yang dimiliki, dan membuat teman-teman sekelas yang lain mengetahui bahwa hari ini guru sudah memujinya.

Perlahan-lahan nama Nana sudah terdapat di buku kelakuan baik, saya sengaja membaca namanya didepan kelas untuk berbagi dengan teman-teman dikelasnya, saya menyuruh mereka mencatat kelakuan baik yang dilakukan teman-teman sekelas mereka, supaya bisa membimbing mereka mengetahui setiap orang mempunyai kelebihan dan kebaikan hati.

Selain itu saya secara rahasia mengumpulkan beberapa murid menyuruh mereka selama jam istirahat secara bergilir bermain dengan Nana, untuk mencairkan sifat ketusnya terhadap orang lain.

Setelah beberapa waktu berlalu, senyum Nana makin hari makin bertambah, perkataan yang diucapkan juga makin hari makin lembut.

Suatu hari saya bertanya kepada Nana, “Sekarang, bagaimana perasaanmu datang ke sekolah?” Nana berkata, “Akan saya lukiskan kepada ibu guru.”

Bakat melukis Nana sangat besar, diatas kertas putih lukisan yang dilukis dibagi atas dua bagian, dibagian pertama dilukis puluhan hantu kecil dengan gigi taring berada di dalam neraka, disamping itu ada sebuah wajan besar yang berisi minyak panas, di bagian kedua dilukiskan surga, setiap anak dengan sayapnya seperti malaikat, ibu guru juga berada disini.

Didalam lukisan ini saya bisa melihat perubahan dari Nana, membuat saya merasa bersemangat kembali, metode pengajaran yang sabar dan toleran sungguh membuahkan hasil, membuat dia tumbuh semakin dewasa dan membaik.

Sabtu, 31 Juli 2010

POTENSI PEMANFAATAN KAYU KARET UNTUK MENDUKUNG PEREMAJAAN PERKEBUNAN KARET RAKYAT

Island Boerhendhy dan Dwi Shinta Agustina
Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet, Kotak Pos 1127, Palembang 30001
ABSTRAK

Kayu karet mempunyai prospek yang cerah sebagai bahan baku industri untuk menyubstitusi kayu hutan alam mengingat ketersediaannya sangat besar dan diharapkan terus meningkat sejalan dengan adanya peremajaan tanaman karet tua. Selain itu, kayu karet mempunyai sifat-sifat fisik, mekanis, dan kimia yang setara dengan kayu
hutan alam. Pemanfaatan kayu karet perlu didukung dengan industri pengolahan. Kontinuitas penyediaan bahan baku bagi industri pengolahan antara lain dapat ditempuh melalui pengembangan pola kemitraan antara petani dan industri pengolahan kayu karet. Pola kemitraan juga dapat menjamin harga jual kayu di tingkat petani sehingga dapat mendukung upaya peremajaan karet rakyat. Klon-klon anjuran seperti BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100,
AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, dan IRR 118
direkomendasikan untuk dikembangkan dalam skala luas sebagai penghasil lateks sekaligus kayu.
Kata kunci: Kayu karet, industri kayu, peremajaan tanaman, perkebunan rakyat

ABSTRACT
Rubber wood potency in supporting replanting of rubber smallholdings Nowadays,
the use of rubber wood for industry is very profitable because its availability is abundantly and would increase in the future in line with the replanting program of smallholdings. Rubber wood also has good characteristics in physics, chemical, and mechanic which is equal with other natural timber. Utilization of rubber wood should be supported with industrial processing. Partnership program between supplier of rubber wood and farmers is important to guarantee the continuous supply of raw material for whole year. The partnership will also increase wood price at farm level and support replanting program. Some clones such as BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, and IRR 118
were recommended in a large scale as latex and timber clones.
Keywords: Rubber wood, wood industry, replanting, small farmers
62 Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006 busi sekitar 1,20 juta ton atau 76% dari
total produksi karet alam nasional sebesar 1,60 juta ton pada tahun 2002 (Direktorat
Jenderal Bina Produksi Perkebunan 2002).


Secara umum permasalahan utama dalam perkebunan karet rakyat adalah produktivitas yang rendah, hanya sekitar 610 kg/ha/tahun, padahal produktivitas perkebunan besar negara atau swasta masing-masing mencapai 1.107 kg dan 1.190 kg/ha/tahun
(Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan 2002).
Rendahnya produktivitas karet rakyat tersebut antara lain disebabkan oleh luasnya areal karet yang menggunakan bahan tanam nonunggul (seedling), dan tanaman
umumnya sudah tua atau rusak sehingga perlu diremajakan. Upaya peremajaan
oleh petani dengan menerapkan teknologi maju secara swadaya berjalan relatif lambat dan tingkat keberhasilannya rendah karena adanya berbagai kendala, antara lain terbatasnya dana, kurangnya ketersediaan informasi dan sumber daya manusia yang handal, serta lemahnya kelembagaan finansial (Supriadi et al.1999.
Nilai ekonomis karet terletak pada kemampuannya dalam menghasilkan lateks, sedangkan produk nonlateks seperti kayu karet pada awalnya dianggap sebagai hasil samping terutama untuk kayu bakar. Namun, sejalan dengan berkembangnya teknologi pengolahan
dan pengawetan kayu karet dan makin terbatasnya ketersediaan kayu dari hutan
alam, baik untuk memenuhi permintaan pasar domestik maupun ekspor maka permintaan terhadap kayu karet terus meningkat setiap tahun. Peningkatan permintaan kayu karet juga didorong oleh membaiknya perekonomian dunia dan bertambahnya jumlah penduduk, serta terbatasnya ketersediaan kayu hutan alam terutama setelah kayu ramin, meranti
putih, dan agathis dilarang untuk diekspor dalam bentuk kayu gergajian (Boerhendhy
et al. 2003). Nilai ekonomi kayu karet yang makin tinggi tersebut dapat menjadi
tambahan modal bagi petani untuk melakukan peremajaan kebun karet dengan menanam klon-klon unggul yang produktivitasnya tinggi dan pertumbuhannya cepat.
Menurut Manurung (2003), kebutuhan bahan baku kayu nasional tahun 2003 sebesar 63 juta m3, sementara dalam rangka pelaksanaan kebijakan soft landing, pemerintah melalui Departemen Kehutanan pada tahun yang sama hanya memberikan jatah tebangan sebesar 6,80 juta m3. Data tersebut memperlihatkan adanya kesenjangan yang sangat besar,sekitar 56 juta m3, antara produksi dan kebutuhan kayu. Kondisi ini disebabkan
oleh menurunnya produktivitas hutan alam akibat laju kerusakan hutan yang sangat tinggi. Oleh karena itu perlu dicari alternatif kayu pengganti kayu hutan alam
yang memungkinkan untuk diekspor.
Pemanfaatan kayu karet sebagai pengganti kayu hutan alam sangat memungkinkan
mengingat ketersediaan kayu karet sangat besar serta sifat-sifatnya relatif sama dengan kayu hutan alam, seperti kayu ramin, meranti, dan agathis
(Boerhendhy et al. 2003).

Di Indonesia, industri pengolahan kayu karet skala besar mulai berkembang sejak akhir tahun 1980-an, seperti di Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan,
Lampung, dan Jawa. Pada awalnya, kayu karet banyak dimanfaatkan untuk kayu
pertukangan, terutama kayu yang berdiameter besar, namun akhir-akhir ini kayu
karet berdiameter kecil pun banyak digunakan untuk keperluan pabrik papan serat
densitas medium (Medium Density Fibreboard, MDF) (Boerhendhy et al. 2003).
MDF dapat diproses menjadi bubur kayu, selanjutnya menjadi papan partikel, pulp,
dan kertas. Di Malaysia, industri pengolahan kayu karet untuk ekspor telah dimulai
sejak tahun 1970-an. Pada tahun 1980, Malaysia mengekspor 17.500 m3 kayu karet
dalam bentuk gergajian dan angka ini meningkat menjadi 178.000 m3 pada tahun
1986 (Coto 1989). Terbukanya pasar ekspor kayu karet gergajian dan berkembangnya
pemanfaatan kayu karet berdiameter kecil untuk keperluan pabrik MDF menyebabkan
makin banyaknya minat pengusaha perkayuan untuk ikut dalam kegiatan pengolahan kayu karet. Tulisan ini bertujuan untuk membahas potensi pemanfaatan kayu karet dan
peranannya dalam mendukung peremajaan kebun karet rakyat. Berbagai masalah
yang dihadapi dalam pemanfaatan kayu karet juga dibahas dan disertai dengan
upaya pemecahannya.

PELUANG KAYU KARET SEBAGAI SUBSTITUSI KAYU HUTAN ALAM

Ada beberapa alasan mengapa kayu karet dapat digunakan sebagai substitusi kayu
hutan alam dan menjadi andalan dalam memenuhi kebutuhan kayu baik untuk pasar dalam maupun luar negeri. Alasan tersebut adalah: 1) sifat-sifat dasar kayu karet, baik sifat fisik, mekanis maupun kimia relatif sama dengan kayu hutan alam, 2) potensi ketersediaan kayu karet cukup besar sejalan dengan peremajaan perkebunan karet rakyat, dan 3) nilai ekonomis kayu karet cukup baik.

Sifat-Sifat Kayu Karet

Salah satu sifat fisik kayu karet yang cukup penting adalah kerapatan atau berat jenis. Kerapatan kayu karet tergolong setengah berat yaitu berkisar antara 0,62–0,65 g/cm3 (Seng 1951; Budiman 1987; Mandika et al. 1989; Darsini 1991). Variasi kerapatan
kayu karet disebabkan beberapa hal, antara lain perbedaan genetik, tempat tumbuh,
dan contoh yang dianalisis (Budiman,1987). Kerapatan kayu karet setara dengan
kayu eik atau oak (Quercus sp.), Acasia mangium (0,61), ramin (0,63), dan mahoni
(0,61) (Seng 1951; Kartasujana dan Martawijaya 1973; Sutigno dan Mas’ud
1989; Darsini 1991).
Nilai penyusutan (stabilitas dimensi) kayu karet sangat kecil, hanya sedikit lebih
kecil dari kayu jati (Budiman 1987; Boerhendhy et al. 2001). Dibandingkan dengan kayu ramin, penyusutan kayu karet dari basah sampai kering udara arah
radial dan tangensial jauh lebih kecil, yaitu 1,77−3,05% (Boerhendhy et al. 2001),
Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006 63 sutan untuk arah radial 4,50% dan arah
tangensial 9,70% (Darsini 1991). Berkaitan dengan penyusutan, untuk mempercepat
waktu pengeringan diperlukan dapur pengering (kilndry. Salah satu kelemahan kayu karet yaitu mudah terjadi cacat (melengkung dan melintir) dan sering mengalami retak di bagian ujung selama proses pengeringan. Untuk mengatasi masalah tersebut, tumpukan
kayu perlu diberi pemberat atau pegas dan bagian ujungnya diberi penutup untuk mengurangi cacat bentuk tersebut (Budiman 1987; Coto 1989).
Dilihat dari sifat fisik dan mekanis, kayu karet tergolong kayu kelas kuat IIIII,
yang setara dengan kayu ramin, perupuk, akasia, mahoni, pinus, meranti, durian, ketapang, keruing, sungkai, gerunggang, dan nyatoh (Seng 1951; Budiman 1987; Sutigno dan Mas’ud 1989;Sulastiningsih et al. 1999).
Kelas awet kayu karet tergolong kelas awet V yaitu setara dengan kayu ramin (Seng 1951),namun kayu karet lebih rentan terhadap serangga penggerek dan jamur biru (blue
stain) dibanding kayu ramin. Oleh karena itu, untuk memanfaatkannya perlu dilakukan
pengawetan yang lebih intensif dibandingkan kayu ramin, terutama setelah digergaji. Pengawetan kayu ramin cukup dengan cara pencelupan, sedangkan pada kayu karet harus dilakukan dengan cara vakum dan tekan (Sutigno dan Mas’ud 1989). Namun, dengan berkembangnya teknologi pengawetan, masalah tersebut telah dapat diatasi (Coto 1989).
Sifat lain yang menarik dari kayu karet adalah mudah digergaji dengan hasil gergajian yang cukup halus, serta mudah dibubut dengan permukaan yang rata dan halus. Kayu karet mudah pecah bila dipaku sehingga perlu hati-hati dalam pengerjaannya. Selain itu, kayu karet mempunyai sifat perekatan yang baik dengan semua jenis perekat industri (industrial adhesives). Menurut Sutigno et al. (1979), kayu lapis (tripleks) dari kayu karet yang direkat dengan perekat urea formaldehyde (UP) dan diberi ekstender 20% mempunyai sifat keteguhan rekat yang memenuhi standar Indonesia,Jepang, dan Jerman. Hal ini berarti sifat perekatan kayu karet tergolong baik,karena tidak semua jenis kayu dapat memenuhi syarat keteguhan rekat ketiga
standar tersebut. Dengan warna khas putih kekuningan atau kuning pucat seperti
warna jerami, serta tekstur yang halus dan rata mirip kayu ramin, kayu karet mudah
diwarnai sehingga disukai dalam pembuatan mebel (Budiman 1987; Boerhendhy et al. 2001.
Produk berbahan kayu karet makin banyak diminati. Menurut Hasan (1989),
peralatan yang terbuat dari kayu karet dapat dibuat secara knock down atau
completed knock down seperti meja dan kursi makan, kursi lipat, rak, pigura dan lis
kaca, dinding penyekat, jelusi jendela,dan profil lantai. Produk seperti ini
umumnya diekspor ke Asia Timur, Eropa, dan Amerika.
Sifat-sifat kimia yang penting dari kayu karet antara lain adalah kadar holoselulose, lignin, dan ekstraktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar holoselulose kayu karet tergolong tinggi
(67,38%), kadar lignin tergolong rendah (20,68%) dibandingkan dengan kayu A.mangium yang umum digunakan untuk bahan baku pulp yaitu sebesar 26,72%, dan kadar zat ekstraktif tergolong tinggi (4,58%) (Boerhendhy et al. 2001). Kayu karet dengan kandungan holoselulose tinggi sangat baik sebagai bahan baku kertas karena akan menghasilkan rendemen pulp yang tinggi. Sementara itu dengan kadar lignin yang rendah, kayu karet sangat disukai dalam pengolahan pulp karena akan menghasilkan pulp yang mempunyai sifat keteguhan tinggi dan warnanya cerah. Kayu karet mempunyai
kadar zat ekstraktif lebih tinggi dibandingkan dengan klasifikasi kayu Indonesia
(> 4%). Kadar zat ekstraktif yang tinggi akan menghambat proses pengolahan pulp terutama pengolahan secara kimia,karena akan menurunkan rendemen pulp dan kemungkinan menimbulkan noda dalam lembaran kertas yang dihasilkan.Namun, masalah tersebut dapat diatasi dengan cara merendam kayu karet dan memberikan tambahan ramuan dengan jenis kayu lain (Silitonga et al. 1974).
Sifat kimia kayu karet yang juga cukup penting adalah dimensi serat, yang
meliputi panjang serat, diameter serat,tebal dinding, dan lebar lumen serat. Baik
secara tersendiri maupun kombinasinya,sifat-sifat tersebut akan berpengaruh terhadap
sifat keteguhan lembaran pulp yang dihasilkan. Panjang serat kayu karet cukup
baik, sekitar 1,70 mikron, lebih tinggi dibandingkan dengan kayu akasia yang
mempunyai panjang serat 0,986 mikron Diameter serat kayu karet tergolong kecil
yaitu sekitar 24,16 mikron (kurang dari 36 mikron). Tebal dinding sel berukuran tipis
sampai sedang (3,53–4,68 mikron), sedangkan lebar lumen serat tergolong lebar (0,61
mikron) (Boerhendhy et al. 2001). Menurut Hendi dan Suhendi (2000), kayu dengan
serat yang panjang, diameter serat yang kecil, dinding sel yang tipis, dan lumen
serat yang lebar sangat baik untuk pembuatan pulp dan kertas, karena akan
menghasilkan daya tenun yang tinggi sehingga kertas yang dihasilkan mempunyai
keteguhan sobek yang tinggi.
Ditinjau dari sifat kimia, kualitas kayu karet termasuk ke dalam kelas II (Hendi dan
Suhendi 2000). Berdasarkan sifat fisik,mekanis, dan kimia tersebut, kayu karet
memungkinkan dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, mebel, dan bahan baku pulp.

POTENSI DAN PROSPEK PERMINTAAN KAYU KARET
Kayu karet dapat digunakan sebagai pengganti kayu hutan alam setelah melalui proses pengolahan dan pengawetan. Penggunaan kayu karet untuk bahan baku industri sangat cerah mengingat ketersediaannya sangat besar dan akan terus meningkat di masa depan sejalan dengan luasnya areal tanaman karet yang perlu diremajakan, meskipun angka yang pasti belum diperoleh. Namun, berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2002, luas tanaman karet yang perlu diremajakan sekitar 125.000 ha atau 4%
dari total luasan karet di Indonesia. Jika tiap hektar tanaman karet diperkirakan
dapat menghasilkan 50 m3 kayu bulat yang dapat diproses menjadi kayu gergajian
(Djajapertjunda dan Nasution 1989) maka dari luasan 125.000 ha akan diperoleh 6,25
juta m3 kayu bulat, yang bersumber dari perkebunan rakyat (87%), perkebunan
besar negara (6%), dan perkebunan besar swasta (7%)). Riau, Sumatera Selatan, dan
Jambi merupakan tiga propinsi yang memiliki areal karet tua terluas di Sumatera
yang perlu diremajakan, masing-masing 23.907 ha, 20.317 ha, dan 19.012 ha
(Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan 2002).

Pada masa lampau, kayu karet hasil peremajaan hanya digunakan sebagai bahan bakar dalam pembuatan ribbed smoked sheet (RSS), pembakaran kapur, dan kayu bakar. Namun dengan makin berkembangnya teknologi pengolahan kayu karet, pemanfaatan kayu karet
menjadi semakin luas. Di Malaysia, kayu 64 Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006
karet dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk, seperti papan, papan partikel,
papan serat, kertas, komponen bangunan,profil lantai, dan furnitur. Di Liberia, kayu
karet sebagian besar digunakan untuk papan partikel dan di Sri Lanka untuk produksi pulp sebagai bahan dasar kertas (Tan et al. 1980; Paardekooper 1989).
Di India, kayu karet digunakan sebagai bahan kayu bangunan, ukiran, papan, penyekat,
palet, dan boneka (Sekhar 1989).Pada masa mendatang, Indonesia sangat berpeluang untuk mengembangkan kayu karet sebagai bahan baku industri.
Beberapa pabrik di Sumatera Selatan sudah mulai mengolah kayu karet dalam bentuk laminating board dan moulding. Di Lampung terdapat pabrik pengolahan papan partikel (Sumana et al.1991), sedangkan di Jambi terdapat pabrik pengolahan papan partikel, kayu lapis, MDF, dan moulding. Hasil olahan kayu karet yang berwarna khas putih kekuningan seperti kayu ramin dan prupuk umumnya dipasarkan ke negara-negara
Eropa seperti Perancis, Belanda, Jerman dan Inggris; serta negara-negara Asia
seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan (Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan
dan Perhutanan Sosial 1997).

Permintaan terhadap produk kayu karet dari tahun ke tahun semakin meningkat sebagai akibat perkembangan penduduk dunia dan membaiknya kondisi perekonomian berbagai negara. Selain itu, dengan berkembangnya teknologi pengolahan kayu, pemanfaatan kayu karet sebagai bahan baku industri tidak lagi hanya terbatas pada kayu yang berukuran
besar, tetapi kayu-kayu yang berukuran lebih kecil pun dapat diproses menjadi
bubur kayu yang seterusnya diolah menjadi papan partikel, pulp, dan kertas.
Dengan demikian seluruh bagian kayu termasuk cabang dan ranting saat ini telah dapat dimanfaatkan (Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia 1999). Berdasarkan hal tersebut, kayu karet yang bersifat terbarukan (renewable) diharapkan dapat digunakan lebih luas sebagai substitusi kayu hutan alam sehingga memberi nilai tambah bagi pekebun, terutama sebagai tambahan modal dalam peremajaan kebun karet mereka, serta sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD) dan devisa negara.
Sejalan dengan bergesernya peran tanaman karet Potensi produksi karet kering dan pertumbuhan beberapa klon anjuran untuk klon penghasil lateks dan kayu.
Klon Tetua Produksi Pertumbuhan (kg/ha) TBM TM BPM 1 AVROS 163 X AVROS 368 1.945 Cepat Sangat cepat PB 330 PB 5/51 X PB 49 1.774
Sangat cepat Cepat PB 340 PB 235 X PR 107 2.180
Sangat cepat Sedang RRIC 100 RRIC 52 X PB 85 1.997
Sangat cepat Cepat AVROS 2037 AVROS 256 X AVROS 352 1.993
Sangat cepat Cepat IRR 5 KLON PRIMER 1.609
Sangat cepat Cepat IRR 32 LCB 1320 X AVROS1734 1.644
Cepat Cepat IRR 39 LCB 1320 X FX 25 1.640
Sangat cepat Sangat cepat IRR 42 LCB 1320 X F 351 1.989
Sangat cepat Cepat IRR 112 IAN 873 X RRIC 110 2.195
Cepat Cepat IRR 118 LCB 1320 X FX 2784 2.011
Sangat cepat Cepat Sumber: Balai Penelitian Sembawa (2006).

penghasil lateks kemudian menjadi penghasil lateks dan kayu, maka pemilihan klon pun perlu diarahkan untuk memenuhi kedua keperluan tersebut. Tanaman hendaknya memiliki pertumbuhan yang cepat, baik pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun pada masa tanaman menghasilkan (TM), serta produktivitasnya tinggi. Berdasarkan Hasil
Rumusan Lokakarya Pemuliaan Karet tahun 2005, beberapa klon yang dapat dikembangkan untuk produksi lateks dan kayu adalah BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, dan IRR 118 (Balai Penelitian Sembawa 2006).

Potensi produksi dan sifat sekunder klon-klon
KAYU KARET MENDUKUNG BIAYA PEREMAJAAN KARET RAKYAT
Satu siklus tanaman karet untuk menghasilkan lateks sekitar 30 tahun, yang terbagi atas fase TBM 5 tahun dan TM 25 tahun. Setelah masa tersebut, kebun karet tidak produktif lagi sehingga perlu diremajakan. Kebun-kebun seperti ini merupakan sumber bahan baku pabrik pengolahan kayu karet. Pada penanaman dengan jarak tanam 6m x 3m, populasi tanaman tiap hektar sekitar 550 pohon.
Pada saat peremajaan, populasi tersebut berkurang menjadi 250–300 pohon/ha karena berbagai hal, seperti tumbang atau patah akibat angin. Umumnya petani mengalami kesulitan dalam melakukan peremajaan kebun karet tua karena kurangnya modal untuk
biaya penebangan, pembukaan lahan, pemagaran, pengadaan bibit, dan penanaman.
Selain itu, penebangan atau peremajaan dipengaruhi oleh musim pembukaan lahan. Pembukaan lahan perkebunan biasanya dilakukan pada musim kemarau. Lokasi kebun yang sulit dijangkau atau tidak dilengkapi akses jalan untuk kendaraan roda empat akan
mempersulit pengangkutan kayu ke tempat pengolahan. Kondisi tersebut Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006 65 mengakibatkan suplai bahan baku ke pabrik pengolahan kayu karet menjadi tidak kontinu.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah daerah seperti Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan untuk menjamin kesinambungan pasokan bahan baku bagi pabrik pengolahan kayu karet. Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan bekerja sama dengan salah satu pabrik pengolahan kayu karet telah membuat kesepakatan melalui kemitraan dengan petani. Melalui pola kemitraan dapat disepakati penjadwalan kegiatan penebangan di kebun petani sehingga kebutuhan kayu karet dapat terpenuhi sepanjang tahun. Dengan pola kemitraan tersebut, petani dapat menjual kayu karet kepada
industri pengolahan dengan harga yang disepakati, dan pihak industri menyediakan
bibit unggul, melakukan penebangan dan pendongkelan akar dengan menggunakan
traktor sehingga pembukaan lahan untuk peremajaan dapat dilakukan dengan cepat. Selain itu, pembukaan lahan dengan cara pendongkelan akar sangat bermanfaat untuk mengatasi serangan penyakit jamur akar putih (JAP)yang merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman karet. Sementara itu petani hanya mengeluarkan biaya untuk pembersihan dan persiapan tanam seperti pengajiran, pembuatan lubang tanaman, dan penanaman. Untuk kegiatan persiapan lahan dan penanaman, pekebun harus mengeluarkan
biaya Rp6.652.500/ha masing-masing
untuk tenaga kerja Rp2.320.000 serta bibit, pupuk, dan peralatan Rp4.332.500. Pada
saat peremajaan akan diperoleh 247 pohon/ha dengan kayu berkualitas baik dari populasi awal 550 pohon.Jika harga kayu rata-rata Rp42.600/pohon (diameter>45 cm) maka akan diperoleh pendapatan bersih dari hasil penjualan kayu karet sebesar Rp3.869.700/ha. Pendapatan yang diperoleh bergantung pada jumlah tegakan per hektar, diameter batang, jarak pabrik ke lokasi kebun, dan kondisi jalan yang dilalui.
Selama masa TBM, pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan kayu karet dapat digunakan untuk pemeliharaan kebun dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada masa TBM, petani dapat menanam tanaman sela di antara karet untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau untuk dijual sebagai tambahan penghasilan.
Di Sumatera Selatan, jenis tanaman sela yang dianjurkan adalah padi gogo pada tahun pertama serta nenas dan pisang pada tahun kedua dan ketiga. Tanaman sela tahan naungan seperti jahe, kapulaga, dan vanili masih dapat diusahakan di antara tanaman karet setelah tanaman karet menghasilkan.

PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMANFAATAN KAYU KARET
Meskipun industri kayu karet mempunyai prospek dan potensi yang cukup baik, beberapa permasalahan perlu mendapat perhatian, yaitu (Boerhendhy et al.2002):
1) Sebagian besar lokasi kebun karet rakyat terletak di wilayah yang tidak mempunyai akses jalan sehingga sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat. Selain itu, tidak semua sentra karet memiliki industri pengolahan kayu karet, sehingga jarak antara lokasi kebun dan pabrik relatif jauh. Akibatnya, pengangkutan sering tertunda dan memerlukan biaya cukup besar. Penundaan pengangkutan menyebabkan kayu menjadi rusak karena terinfeksi jamur biru, terutama untuk kayu gergajian. Pada kondisi seperti
itu, penjualan kayu karet menjadi tidak ekonomis sehingga kayu karet hanya digunakan sebagai kayu bakar. Kayu karet akan bernilai ekonomis jika kebun mempunyai akses jalan yang dapat dilewati truk dan lokasinya tidak terlalu jauh dari pabrik pengolahan.
2) Penebangan biasanya dilakukan pada musim kemarau karena pada musim tersebut petani mudah melakukan pembakaran untuk membersihkan lahan yang akan ditanami kembali (replanting. Akibatnya di luar musim peremajaan pabrik mengalami kesulitan
memperoleh bahan baku.
3) Rendemen kayu cukup rendah karena diameter kayu relatif kecil dan kayu banyak yang rusak akibat penyadapan sampai ke bagian kayu.Untuk meningkatkan pemanfaatan
kayu karet di masa depan, terutama sebagai pengganti atau substitusi kayu hutan
alam, perlu dilakukan berbagai upaya sebagai berikut:

1) Meningkatkan rendemen kayu karet dengan menerapkan sistem penyadapan yang tidak melukai kayu, serta menggunakan bahan tanaman unggul yang memiliki pertumbuhan cepat,
batang lurus, dan produktivitas tinggi. Klon penghasil lateks dan kayu yang dapat dikembangkan adalah BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, dan IRR118.
Klonklon tersebut memiliki potensi hasil karet kering yang cukup tinggi yaitu
1.609−2.195 kg/ha/tahun. Kayu karet memiliki rasio penyusutan tangensial terhadap radial yang rendah sehingga Tanaman sela padi, nenas + pisang, dan kapulaga di antara gawangan karet.
66 Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006 mempunyai kestabilan dimensi kayu yang baik (Daslin dan Anas 2003).

2) Dalam penanaman ulang, petani dianjurkan menanam karet dalam satu hamparan dan dilengkapi dengan akses jalan yang dapat dilewati oleh truk untuk memudahkan pengangkutan kayu pada saat peremajaan.

3) Pembangunan industri pengolahan kayu karet perlu diawali dengan identifikasi
potensi kayu karet di sekitarnya,sehingga kapasitas terpasang pabrik dapat terpenuhi dari bahan baku yang tersedia di sekitar pabrik. Pola kemitraan antara industri pengolahan dan petani juga dapat menjamin ketersediaan kayu karet melalui pengaturan
waktu penebangan (peremajaan).
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia. 1999.
Klon-klon karet untuk HTI dan hutan kemasyarakatan. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 21(4): 8.Azwar, R., N. Alwi, dan Sunarwidi. 1989. Kajian
komoditas dalam pembangunan hutan tanaman industri. hlm. 131−155. Prosiding
Lokakarya Nasional HTI Karet, Medan, 28−30 Agustus 1989. Pusat Penelitian
Perkebunan Sungei Putih, Medan.
Balai Penelitian Sembawa. 2006. Rekomendasi klon karet periode 2006−2020. Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet, Palembang.
Boerhendhy, I., N. Hadjib, R.M. Siagian, A. Gunawan, dan M. Lasminingsih. 2001.
Karakteristik mutu dan sifat kayu karet klon anjuran dan harapan. hlm.1−26. Prosiding
Lokakarya Nasional Pemuliaan Karet, 5−6 November 2001. Pusat Penelitian Karet,Medan.
Boerhendhy, I., C. Nancy, dan A. Gunawan. 2002. Prospek dan potensi pemanfaatan kayu
karet sebagai substitusi kayu alam. Warta Penelitian Pusat Karet 21(1−3): 58−66.
Boerhendhy, I., C. Nancy, dan A. Gunawan. 2003.Kayu karet dapat menggantikan kayu hutan alam. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25(1): 3−5. Budiman, S. 1987. Perkembangan pemanfaatan kayu karet. Sasaran 1(4): 5−9. Coto, Z. 1989. Kayu karet sebagai bahan baku industri pengolahan kayu. hlm. 393−407. Prosiding Lokakarya Nasional Pembangunan HTI Karet, Medan, 28−30 Agustus 1989. Pusat Penelitian Perkebunan Sungei Putih, Medan. Darsini, A.S. 1991. Struktur dan sifat kayu karet
sebagai pengganti kayu ramin. Tesis Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Daslin, A. dan A. Anas. 2003. Karakteristik hasil serta sifat lateks dan kayu dari berbagai klon karet unggul generasi IV. hlm. 189−198. Prosiding Konferensi Agribisnis Karet Menunjang Industri Lateks dan Kayu 2003. Pusat Penelitian Karet, Medan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2002. Statistik Perkebunan Indonesia: Karet. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Jakarta.
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 1997. Promotion of
optimum utilization of rubberwood. Socioeconomic Survey and Rubber Wood Development
Potential in Jambi. 31 pp. Djajapertjunda, S. dan D. Nasution. 1989. Kemungkinan
pembangunan industri kayu karet di Sumatera Utara. hlm. 381−392. Prosiding
Lokakarya Nasional Pembangunan HTI Karet, Medan, 28−30 Agustus 1989. Pusat
Penelitian Perkebunan Sungei Putih, Medan.Hasan, M. 1989. Pengembangan hutan tanaman
industri dengan karet sebagai alternatif. hlm. 77−85. Prosiding Lokakarya Nasional HTI Karet, Medan, 28−30 Agustus 1989. Pusat Penelitian Perkebunan Sungei Putih, Medan. Hendi dan Suhendi. 2000. Pola pewarisan genetik sifat-sifat kayu pinus (Pinus mercusii). hlm. 162−184. Prosiding Diskusi Peningkatan Kualitas Kayu, 24 Februari. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor. Indraty, I.S. 2005. Tanaman karet menyelamatkan kehidupan dari ancaman karbondioksida. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27(5): 10−12. Kartasujana dan Martawijaya. 1973. Sifat dan
kegunaan kayu perdagangan Indonesia. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor.
Mandika, D., A. Sapta, dan R.K. Sari. 1989. Selintas tentang kayu karet. hlm. 373−379. Prosiding Lokakarya Nasional HTI Karet, Medan, 28−30 Agustus 1989. Pusat Penelitian Perkebunan Sungei Putih, Medan. Manurung, T. 2003. Laju kerusakan hutan
Indonesia, terparah di planet bumi. Majalah Gatra. Paardekooper, E.C. 1989. Exploitation of the rubber tree. p. 349−414. In C.C. Webster and W.J. Baulkwill (Eds.). Rubber. Longman Scientific & Technical Co., published in the United States with John Wiley & Sons, Inc, New York. Sekhar, A.C. 1989. Rubber wood production and
utilization. RRII, Kottayam 686009. 224 pp. Seng, O.D. 1951. Perbandingan berat dari jenisjenis kayu Indonesia dan pengertian beratnya kayu untuk keperluan praktek. Laporan No.46 Balai Penyelidikan Kehutanan, Bogor. Silitonga, T., Roliadi, dan Sudrajat. 1974. Papan serat dari campuran kayu karet dan beberapa jenis kayu daun lebar lainnya. Laporan No. 43 Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor. Sulastiningsih, I.M., M. Wardani, dan P. Sutigno.1999. Pengembangan jenis andalan setempat untuk menunjang industri kayu lapis. Prosiding Lokakarya Kayu Lapis, 18 Mei 1999. Pusat Penelitian Hasil Hutan, Bogor. hlm. 184−205. Sumana, R. Dereindra, M.N. Ridha, dan S. Achdiansyah. 1991. Pendapatan dan motivasi petani dalam penjualan kayu karet tebangan. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Agribisnis, Jakarta. 15 hlm.

4) Diperlukan dukungan pemerintah dalam pemanfaatan kayu karet misalnya melalui kemudahan perizinan untuk pendirian pabrik pengolahan kayu karet.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kayu karet mempunyai prospek yang sangat cerah sebagai substitusi kayu hutan alam mengingat ketersediaannya cukup besar, permintaan terus meningkat, dan mempunyai keunggulan setara dengan kayu hutan alam. Klon-klon anjuran seperti BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, dan IRR 118 dapat dikembangkan dalam skala luas untuk produksi lateks sekaligus kayu.
Pemanfaatan kayu karet perlu didukung dengan industri pengolahan. Kontinuitas penyediaan bahan baku bagi industri pengolahan dapat ditempuh melalui pengembangan pola kemitraan antara petani dan industri pengolahan,sekaligus untuk mendukung peremajaan karet rakyat. Tersedianya akses jalan dengan kondisi yang baik, penggunaan
bahan tanam unggul, sistem sadap yang baik, lokasi kebun dalam satu hamparan, serta adanya dukungan positif dari pemerintah merupakan langkah-langkah yang perlu dilakukan berbagai pihak agar nilai guna dan nilai ekonomi kayu karet di masa depan dapat dioptimalkan.
Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006 67

Kamis, 12 November 2009

Tempat Teraman di Dunia

Tempat Teraman di Dunia

Tempat Teraman di Dunia
Epoch Times Kamis, 12 November 2009
London Tower

London Tower
London Tower

Di zaman abad pertengahan, bangunan ini berfungsi sebagai benteng, seiring waktu bangunan ini terus diperluas dan berubah fungsi pernah dijadikan penjara, kediaman raja, serta ruang penyimpanan senjata dan harta karun.

Sampai saat ini ruang penyimpanan harta karun "Jewel House" masih ada. Letaknya dibawah tanah, dibalik pintu besi dan kaca pelindung berpelat baja. Disinilah bersemayam permata pewaris tahta Inggris.

Pengunjung tidak perlu capek berjalan sebab lantainya yang berjalan. Ini memang disengaja sebab dengan begitu pengunjung tidak akan berlama-lama melihat koleksi museum. Selain itu pengunjung selalu dibawah pengawasan ketat petugas keamanan.

Benda-benda yang ada disini memang bernilai tinggi. Sebut saja mahkota emas St. Edward, mahkota Kohinoor" milik ratu Elisabeth dengan berlian seberat 109 karat dan tongkat kerajaan dengan "bintang dari Afrika", berlian asahan terbesar di dunia.

Sealand/HavenCo

Ini masih soal menyimpan data, cuma letaknya ada ditengah laut. Perusahaan penyimpan data Haven.Co mengamankan data-data sensitif milik banyak perusahaan di Sealand. Jika melihat gambarnya, terbayang bahwa yang dimaksud Sealand tak lebih dari bangunan dok di tengah lautan, tepatnya 10 km di lepas pantai Suffolk Inggris. Meski begitu Sealand merupakan daerah istimewa sejak 1967 dengan "raja" sendiri.

Waktu perang dunia kedua, sealand merupakan kawasan pertahanan udara di perairan internasional. Kemudian berhubung kerajaan Inggris Raya tidak melihatnya sebagai bagian dari Inggris, maka pemiliknya "Pangeran" Roy yang mantan Mayor Paddy Roy Bates mengklaim Sealand sebagai negara milik pribadinya. Tahun 1978 sejumlah orang Belanda yang bekerja untuk pedagang Jerman menculik putra Roy dan menguasai Sealand.

Para penculik berhasil ditaklukkan dan ditangkap sebagai tahanan perang. Kerajaan Inggris Raya mencoba menolong membebaskan tahanan itu tapi gagal. Jerman lalu mengirim seorang duta besarnya ke Sealand untuk membebaskan para tahanan itu. Pangeran Roy mengartikan hal ini sebagai pengakuan nyata bahwa sealand sebagai negara.

Granite Bunker

Granite Bunker
Granite Bunker

Bunker yang terletak di Salt Lake City, negara bagian Utah , AS ini menyimpan arsip pribadi jutaan manusia yang tersimpan dalam mikrofilm. Disinilah suku mormon melakukan penelitian intensif untuk menelusuri silsilah nenek moyang mereka.

Dibawah tanah sedalam 200 meter di gunung granit, dan dibalik enam pintu seberat 12 Ton inilah tersimpan harta karun terbesar dunia di bidang ilmu silsilah. Data-data yang didapat dari buku-buku kuno gereja, sekarang ini bisa diakses oleh setiap orang yang juga bukan mormon.


NORAD Central

Sistim pertahanan ini berupa gua seluas 18.000 m2, sedalam 600 m dibawah batu karang besar. Ruangan terbesar seluas 14 x 180 m dengan tinggi 18 m dengan 2 gerbang logam seberat 25 ton sebagai pintu masuk. Masih ada lagi 15 gedung bawah tanah, sebagian berlantai-3.

Gedung-gedung ini dilindungi oleh 1.319 pelat baja masing-masing seberat 450 Kg yang ditumpuk2 mirip per. Alhasil, air kopi pun tidak bakalan tumpah dari cangkir walaupun terjadi gempa bumi atau serangan bom nuklir. Kombinasi batu karang dan pelat baja tadi mampu menahan gelombang elektromagnetik yang terpancar dari ledakan bom nuklir.

Udara dari luar dialirkan melalui filter-filter dan dibebaskan dari partikel-partikel kimiawi, biologi, dan radio aktif. 
Pusat NORAD merupakan pusat operasi pertahanan udara AS, letaknya dibawah Pikes Peak di pegunungan Cheyene Mountains (Colorado). Disini setiap penerbangan di kawasan udara Amerika utara diawasi dengan ketat.

Sebagai sebuah koloni NORAD center dilengkapi dengan kantin, rumah sakit, dua studio kebugaran, satu sauna, gereja, salon kecantikan, dan tentu saja sistim pembangkit tenaga listrik dan cadangan air sendiri.

Bold Lane Parksafe

Mau parkir mobil dengan rasa aman yang terjamin ??? datang saja ke Bold Lane Parksafe di Derby, Inggris. Tempat parkir ini memberikan lebih dari sekedar sistim keamanan, sejak dioperasikan 7 tahun lalu, tidak pernah ada tanda aksi vandalisme atau tindak kekerasan.

Lahan parkir yang mampu menampung 400 mobil ini dilengkapi dengan sensor pendeteksi gerakan. Jika mobil bergeser sedikit saja, komputer sentral segera mengeluarkan bunyi alarm. Para petugas akan bergegas siaga untuk melihat apa yang terjadi. Sejumlah kamera mengirimkan setiap peristiwa disana keruang pengawas. Disetiap pilar area parkir terdapat tombol alarm yang bisa ditekan pada saat ada pencurian mobil. Yang bisa masuk ke lahan parkir itu hanya pengendara mobil atau pejalan kaki yang dilengkapi kartu parkir dengan kode batang (Barcode).

Fort Knox

Fort Knox
Fort Knox

Inilah gudang emas batangan Amerika Serikat yang terletak dikawasan militer Kentucky, AS, dan dijaga oleh ratusan tentara. Jumlah emas batangan yang ada disini masih rahasia, yang jelas miliaran dolar nilainya. Selain emas batangan, gedung berlantai dua dari baja, beton, dan granit ini diduga menyimpan sejumlah barang berharga lainnya, misalnya salinan naskah asli Magna Charta dari Inggris. Untuk masuk ke gudang ini harus melalui pintu seberat 20 ton. Kuncinya berupa kombinasi angka dan tak sembarang orang tahu. Para pegawai memiliki kode rahasia sendiri yang satu sama lain berbeda. Fort Knox dilengkapi sistim pembangkit tenaga listrik dan instalasi pengairan sendiri.

Area 51

Berlokasi di kawasan tengah gurun Nevada, AS, Area 51 dijaga ketat. Papan peringatan, sensor pendeteksi gerakan, jeep-jeep militer berderet dan helikopter yang senantiasa berputar-putar menjadi pelindungnya. Lalu, apa yang dijaga disini ??? menurut kabar burung, disini sedang diteliti UFO dan mayat makhluk luar angkasa. Akan tetapi bagi militer AS tidak ada yang tidak bernilai untuk dijaga. Di kompleks ini juga sedang dikembangkan sejumlah pesawat udara dan pesawat tak berawak, seperti pesawat pembom pengintai atau pesawat spionase U2.

Data Fortress

Konon semakin banyak birokrasi semakin banyak juga data2 personalia. Nah bagaimana melindungi data2 itu? terlebih untuk mereka yang berkategori rahasia, seperti petugas intelijen? Di pegunungan Alpen Swiss ada bunker "data fortress" yang sangat aman dibawah pengawasan tentara.

Bunker ini dikelola oleh perusahaan Mount 10 yang bekerja sama dengan militer. Sejumlah bank, lembaga keuangan, perusahaan asuransi kesehatan, pabrik mobil, dan asuransi umum menyimpan data-data paling rentan mereka di tempat yang diakui paling aman dari bencana ini.

Nasabah bisa mengakses datanya dari luar memakai sistim satelit yang dilindungi. Data fortress terdapat ditengah kompleks militer. Untuk masuk harus melewati sejumlah aturan. Bunker bawah tanah ini juga dijamin aman dari bom nuklir dan memiliki sistim pembangkit listrik sendiri.

Florence Prison

Florence Prison
Florence Prison

Penjara di Colorado, AS ini menampung 400 tahanannya dibalik 1.000 pintu-pintu baja yang dikendalikan dari jarak jauh. Selama 23 jam sehari para tahanan berada di sel mereka. Detektor yang akan bereaksi oleh gerakan akan mengawasi para napi. Itu masih ditambah dengan gerombolan anjing-anjing pelacak.

Air Force One

Dua pesawat terbang merek Boeing 747-200B diubah menjadi dua istana terbang kepresidenan. Dari pesawat semacam ini Presiden AS bisa mengendalikan negaranya jika suatu saat negara diserang musuh. Semua peralatan komunikasi kedap suara, dan setiap kabel aman terhadap sinyal elektromagnetik yang berasal dari ledakan bom.

Roket-roket yang mengancam keselamatannya akan dikecohkan oleh awan yang terbuat dari tali baja. Sementara roket berpemandu inframerah dibelokkan dengan obor-obor api. Pada saat penerbangan, Air Force One bisa mengisi bahan bakar di udara. Dengan kapasitas tangki penuh ia bisa melayang-layang selama seminggu penuh. (Whs)