Senin, 29 Juni 2009

Memanjakan sama dengan Membunuh
Lu Wen, Pureinsight Minggu, 28 Juni 2009


Ada pepatah Tiongkok kuno berbunyi, “Memanjakan seseorang adalah membahayakan orang tersebut.” Ini tidak sulit untuk dimengerti. Namun bila ada yang berkata, “Memanjakan seseorang sama dengan membunuhnya”, beberapa orang akan mengatakan bahwa hal itu terlalu ekstrim. Namun, ada sebuah kisah yang tercatat pada buku Yuewei Caotang (Vol.1 No. 24) yang membuktikan hal tersebut adalah benar.

Ada dua kakak-beradik, yang tua bernama Zhang Eryou, yang muda bernama Zhang Sanchen. Saat Eryou mati muda karena kecelakaan, dia meninggalkan seorang anak lelaki. Sanchen kemudian mengambil-alih pengasuhan dan mencintai anak itu sepenuh hatinya, memanjakannya. Bahkan Sanchen membelikan tanah, membangunkan rumah untuk kelak anak itu berkeluarga. Untuk melakukan hal ini, Sanchen hampir kehabisan uang.

Namun, karena terlalu dimanja, keponakannya ini menjadi malas serta sombong, karena apapun didapatnya dengan mudah. Nafsunya tak terkendali, ia terjerumus ke dalam pergaulan bebas dengan banyak wanita di berbagai tempat. Akhirnya ia terserang penyakit aneh dan tewas karenanya.

Hal ini sangat mengecewakan Sanchen, meskipun tetangganya menghiburnya dengan mengatakan bahwa ia telah melakukan hal baik. Bagaimanapun juga, kejadian ini membuat Sanchen jatuh sakit, dan saat koma ia mendapatkan pengelihatan. Kakaknya, Eryou datang kepadanya dan berkata bahwa ia membunuh anaknya. Sanchen tidak terima dan merasa sangat aneh.

Beberapa hari kemudian, Sanchen semakin parah. Namun, pikirannya menjadi jernih, dan kemudian ia berkata kepada keluarganya, “Ini memang kesalahan saya. Keponakan saya adalah orang tak punya masa depan. Saya hanya menyediakannya materi, tidak mendidiknya dengan baik. Akhirnya ia hanya tahu bersenang-senang dan terjerumus dalam pergaulan bebas dengan banyak wanita, akhirnya tewas karena penyakit aneh karena karma akibat kebiasaan buruknya itu. Sayalah yang membunuhnya, siapa lagi?” Sanchen sangat menyesal dan ia meninggal didalam kesedihannya.

Dalam catatan Yuewei Caotang, penulisnya berkata, “Seseorang datang kepada saya untuk menuliskan sesuatu di batu nisan ibu tirinya, ia berkata, “Ibu kandung saya meninggalkan dua orang anak, kemudian ayah menikah dengan ibu tiri saya yang kemudian melahirkan seorang anak. Namun ibu tiri saya memperlakukan ketiga anak dengan sama, baik dalam hal makanan, baju, juga mengingatkan mereka bila melakukan kesalahan, mendidik kami sehingga kami menjadi orang berguna, ini sangat baik!”

Sanchen adalah orang yang baik, namun kesalahan mendidik anak membawa petaka bagi anak tersebut. Mari kita memetik pelajaran serius dari kisah ini dan benar-benar mendidik anak untuk bertanggung jawab bagi masa depannya. (Erabaru/ch)

Translated from: http://www.zhengjian.org/zj/articles/2008/6/18/53387.html